Sofyan Djalil santer kabarnya akan diplot sebagai Menteri Koordinator Perekenomian di kabinet Jokowi-JK.
Hal ini dinilai sejumlah kalangan justru semakin menguatkan kabar bahwa JK sangat ingin menjadi The Real President pada pemerintahan saat ini.
Sofyan Djalil, yang sempat dipanggil beberapa kali terkait Skandal Century, dikenal cukup luas oleh publik sebagai praktisi pasar modal dan pemikir BUMN.
Demikian pendapat peneliti LSP Gede Sandra, Minggu, 26 Oktober 2014.
"Namun akan terlalu beresiko bagi Pak Jokowi untuk menunjuk Sofyan Djalil sebagai Menko Perekonomian yang membutuhkan pengetahuan yang baik tentang makro ekonomi," katanya.
Makro ekonomi adalah ilmu yang dapat diibaratkan seperti memegang kendali sebuat pesawat jet. Lajunya sangat kencang dan sekali salah pencet tombol sangat beresiko terjadi kecelakaan.
"Saya yakin dalam hal ini yang bersangkutan (Sofyan Djalil) bukanlah pilot yang baik," imbuhnya.
Menurut Gede, patut dicurigai ini strategi JK untuk menguasai perekonomian Indonesia. Kecurigaan ini bukan tanpa dasar, mengingat berbagai portofolio JK sewaktu menjadi wapres SBY periode 2004-2009 yang berhasil mendapatkan proyek-proyek besar di tanah air.
Hal ini, menurut Gede Sandra, tentu tidak akan sulit berulang kembali karena Sofyan Djalil sangat mudah diatur oleh JK, karena Sofyan sangat dekat dan loyal terhadap JK.
Gede Sandra pun memprediksi, jika menteri komunikasi dan informasi era Presiden Megawati Soekarnoputri tersebut menjadi menko perekonomian maka harga bahan bakar minyak (BBM) dipastikan naik sebesar Rp3 ribu sesuai keinginan JK.
Padahal saat ini harga minyak mentah tengah jatuh sampai 80 dolar AS per barel, sangat jauh dari asumsi APBN sebesar 110 dolar AS.
"Jangan sampai karena ketidaktahuannya, Jokowi langgar konstitusi dengan menaikkan harga BBM melampui harga pasar," tutup Gede. (fs/py)
Tidak ada komentar: