Ilustrasi @ |
Pemuka kebaikan semenjak dulu selalu mengkhawatirkan generasi sesudahnya. Seolah-olah mereka belum ridha meninggalkan dunia ini sebelum ajaran-ajaran kebaikan mereka ada yang menyambut untuk diteruskan.
Mereka berdo'a sungguh-sungguh supaya diberi keturunan yang shaleh. Setelah mempunyai anak keturunan, mereka dengan sungguh-sungguh pula mendidik dan mengajarkan kebaikan itu kepadanya.
Selain anak biologis, mereka juga mengkader, membina dan mendidik anak-anak ideologis, yang juga diharapkan kelak menjadi pewaris ajaran kebaikan yang mereka bawa.
Demikianlah yang dicontohkan oleh Nabi Ibarahim, Nabi Ya'qub, Nabi Zakariya, dan seluruh nabi-nabi, apalagi Nabi kita Muhammad Saw. Kebaikan itu terus dipupuk agar tumbuh subur dan diwariskan kepada generasi-generasi cemerlang. Mulai dari shahabat, tabi'in, tabi' tabi'in, sampai kepada kita hari ini.
Para pengusung kebaikan dan kebenaran tidak pernah lelah dan terputus untuk mencari pelanjut warisan mulia itu.
Sungguh mengejutkan, bila kita lihat kepada pihak sebaliknya. Ternyata pengusung kejahatan dan kezaliman juga melakukan hal yang sama. Mereka tidak ridha meninggalkan dunia ini sebelum meninggalkan kader-kader yang akan menemani mereka di neraka nanti.
Mulai dari moyang pertamanya, Iblis, sampai hari ini mereka tidak kenal istirahat, berhenti dan lelah dalam mendidik generasi durjana, supaya mereka tetap lestari di dunia ini.
Yang ada di zaman kita saja, baru beberapa saat yang lalu, mereka begitu gencar mengadakan manuver-manuver jahatnya. Para tokoh hitam tua menguasai medan permainan. Tidak merasa malu dengan bilangan umur yang sudah di atas 70-80 tahun, bahkan sudah mendekati seabad.
Tubuh yang sudah reot dan tenaga yang sudah lemah tidak menyurutkan tekad mereka untuk menancapkan nilai-nilai kedurjanaan buat pewarisnya sebelum ajal datang menjelang.
Setelah kezaliman berdiri kokoh, satu persatu mereka pun mundur secara teratur. Nama mereka pun hilang dari peredaran. Baru muncul lagi sesaat ketika para "laknat" itu mati meninggalkan dunia. Disiarkan di televisi, koran dan majalah. Setelah itu mereka hilang untuk selama-lamanya, pergi dengan segunung laknat dari orang sesudahnya.
Tinggal pilih, mau jadi golongan yang manakah kita dari dua bentuk pendahulu ini? (besamadakwaah)
Oleh: Ust Zulfi Akmal
Tidak ada komentar: