Temukan Tusuk Gigi Pendeteksi Borax, Dua Siswi Muslimah Sabet Gelar Juara Dunia

Luthfia Adila (17) dan Dayu Laras Wening (17), siswi kelas XII SMA N 3 Semarang penemu Borax Detector.  (detik.com)
Luthfia Adila (17) dan Dayu Laras Wening (17), siswi kelas XII SMA N 3 Semarang penemu Borax Detector. (detik.com)
Semarang Prestasi membanggakan didunia pendidikan kembali ditorehkan putra-putri terbaik bangsa. Dari ajang International Exhibition for Young Inventors (IEYI) 2014 baru-baru ini, dua pelajar muslimah,  Luthfia Adila (17) dan Dayu Laras Wening (17), siswi kelas XII SMA N 3 Semarang berhasil memperoleh medali emas setelah penemuan mereka berhasil mengalahkan pesaing-pesaing lain dari manca negara.

Kedua siswi berhijab ini berhasil menemukan alat pendeteksi Borax berbentuk tusuk gigi yang belum pernah ada sebelumnya.

Penemuan mereka ini berawal ketika isu daging yang mengandung Borax ramai di perbincangkan. Hal tersebut menimbulkan keprihatinan dan meninggalkan pertanyaan mendalam tentang bagaimana cara mendeteksi daging yang mengandung Borax.

“Berawal dari kepekaan kita pada lingkungan. Ternyata kalau mau cek itu harus ke laboratorium, bayar Rp 30 ribu untuk satu sample dan menunggu sekitar 3 minggu untuk prosedurnya,” kata Wening dikutip dari detikcom, Sabtu (8/11/14).

Dara kelahiran 15 November 1996 itu kemudian berkonsultasi dengan guru pembimbingnya hingga akhirnya tercetus memanfaatkan tusuk gigi. Menurut mereka dengan menggunakan tusuk gigi lebih praktis dan yang pasti murah.

“Jadi orang-orang kalangan bawah juga harus bisa cek sendiri. Kalau pakai tusuk gigi kan murah, praktis. Tadinya kepikiran pakai tusuk sate, tapi kebesaran,” tandasnya.

Dibantu guru pembimbing, mereka melakukan penelitian sejak kelas X dan tahun 2013 lalu berhasil menemukan racikan bahan herbal yang bisa diaplikasikan ke tusuk gigi biasa. Cara kerjanya pun cukup efektif, tinggal menusukkannya ke daging dan tunggu 5 detik.

“Kalau berubah merah, berarti mengandung Borax. Tidak hanya daging, bisa juga mi, caranya digulung dulu jadi bola lalu ditusuk. Kalau krupuk, dihancurkan dan dicampur air kemudian oleskan di tusuk gigi,” terang Wening.

“Jadi kalau ke pasar bisa diam-diam tusukkan ke daging, jadi pedagangnya tidak tahu dan enggak marah-marah. Ini juga tidak merubah kualitas makanan, kok,” timpal Luthfia.

Wening dan Luthfia masih enggan membeberkan rahasia pembuatan tusuk gigi ajaib itu. Kini mereka sedang berusaha memperoleh hak paten atas temuan yang mereka beri nama Stick Of Borax Detector (SIBODEC).

“Balai Besar POM Semarang ikut membantu pengujian. Kemarin datang ke Sekolah dan mereka mengakui kalau temuan kami lebih efisien meski harus ada yang diperbaiki lagi,” pungkas Wening.

Tidak hanya mengusahakan hak paten, mereka juga sudah merencanakan menjual SIBODEC dengan kemasan kotak kecil berisi 35 sachet dengan harga Rp 35 ribu. Harga tersebut sangat murah karena satu sachet berisi dua tusuk gigi dan bisa digunakan beberapa kali.

“Jadi misal kita menusukkan ujungnya kemudian berwarna merah, maka potong ujungnya dan gunakan bagian lainnya,” ujar Wening.

Sementara itu Agus P selaku guru pembimbing mengatakan temuan dua siswi itu sudah pernah menjadi juara 3 di ajang Nasional Young Innovator Award (NYIA) pada tahun 2013. Setelah itu SIBODEC diajukan lagi ke ajang yang lebih tinggi. (detik/sbb/dakwatuna)


Sumber: http://www.dakwatuna.com/

Related News

Tidak ada komentar:

Leave a Reply