Kanker adalah ‘titik’ dari suatu proses multistep, melibatkan sederetan peristiwa yang terjadi lebih dari suatu periode tahun atau dekade. Terdiri atas sel ganas – merupakan the outlaw cell karena tumbuh tidak teratur, melanggar semua kaidah normal, tidak peduli akan kontrol dalam perbanyakan, dan menggunakan agendanya sendiri. Selain sebab genetik serta virus, radikal bebas dan proses oksidatif berperan baik pada inisiasi maupun stimulasi karsinogenesis. Saat ini + 100 jenis kanker telah dapat dideteksi.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan, dalam dekade terakhir, penyakit ini telah merenggut 9 juta nyawa manusia di seluruh dunia, di mana 2/3 di antaranya berasal dari negara yang sedang berkembang. Di Indonesia sendiri angka penderitanya diperkirakan sudah mencapai 100 per 100.000 penduduk.
b-Karoten dan Vitamin C
Meski hanya sebagai antioksidan sekunder (berfungsi menangkap radikal bebas dan menghalangi terjadinya reaksi berantai), b-karoten dapat diandalkan untuk mencegah kanker. Unsur ini memiliki kemampuan menstabilisaskan radikal bebas peroksida di dalam struktur alkil terkonjugasinya, hingga tidak berdampak negatif bagi tubuh. Sejumlah studi observasi pada manusia memperlihatkan, asupan makanan tinggi b-karoten berhubungan dengan penurunan risiko beberapa penyakit kronik di antaranya kanker (terutama kanker paru-paru, kanker perut, kanker rongga mulut, kanker kerongkongan, kanker faring, dan kanker laring).
Unsur lain yang juga bisa dijagokan adalah vitamin C. Beberapa penelitian epidemiologi menemukan suatu korelasi antara konsumsi vitamin C yang rendah dengan peningkatan risiko kanker, terutama kanker esofagus, kanker mulut, kanker pankreas dan kanker perut.
Selain lewat jalur inhibisi oksidasi DNA dan peningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi dan virus, mekanisme yang bisa dilakukannya dalam pencegahan kanker yaitu melalui cara kemoproteksi bagi senyawa mutagenik seperti nitrosamine.
Di samping itu, vitamin ini pun mampu bertindak sebagai koantioksidan dengan meregenerasi a-tokoferol dari bentuk radikalnya. Hasil penelitian in vitro mendapatkan, a-tokoferol dapat bekerja sebagai prooksidan jika tidak ada koantioksidan seperti vitamin C.
Daun singkong memiliki dua unsur tersebut. Dalam 100 gr bahan segar, kandungan b-karotennya adalah 30.685 mgr (Dirjen Binkesmas, 2000), sedangkan vitamin C-nya 275 mg (PERSAGI, 2005). Ini berarti, cukup dengan mengonsumsi 100 gr daun singkong segar setiap hari anda akan terhindar dari beberapa jenis kanker seperti yang telah disebutkan.
Kanker Kolon
Tingginya asupan lemak dan rendahnya asupan serat dituding sebagai salah satu biang keladi terjadinya kanker kolon. Sebuah teori menyatakan, lemak dan sisa makanan yang dihancurkan oleh bakteri, dalam usus besar akan menghasilkan zat toksik dan beberapa jenis asam empedu, antara lain deoxycholic acid dan lithocholic acid yang bersifat ko-karsinogenik. Manakala diberi kesempatan, unsur-unsur tersebut dapat memicu timbulnya polip –sering dijadikan penanda kanker dalam kolon– namun jika makan makanan yang kaya serat, racun-racun tersebut akan lebih cepat dikeluarkan, hingga kemungkinan terjadinya penyakit relatif kecil.
Hasil percobaan Jerome J. Decosse, ahli bedah di Cornell Medical Center, yang memberikan makanan berserat pada pasien dengan polip di bagian kolonnya selama 6 bulan, sebagaimana dicatat Physicians Committee For Responsible Medicine dalam Healthy Eating For Life To Prevent And Treat Cancer, merupakan salah satu buktinya. Dia mendapatkan, terjadinya pengurangan, baik jumlah maupun ukuran, polip tersebut.
Daun singkong kemungkinan juga bisa melakukan itu. Hasil analisis Malik (1989) menunjukkan, kandungan serat daun singkong manakala direbus 2,99 gr/100 gr bahan, dan naik menjadi 4,72 gr/100 gr bahan manakala di tumis –pada beberapa bahan makanan, kejadian ini biasa terjadi karena terbentuknya resistant starch– artinya, dengan mengonsumsi + 850 gr daun singkong rebus atau + 550 gr tumis daun singkong per hari anda akan tercegah dari serangan kanker kolon.
Masalahnya, mungkinkah kita makan sebanyak itu setiap hari? Cara untuk membuatnya menjadi lebih mungkin adalah dengan mengurangi konsumsinya dan mengombinasikan dengan makanan lain yang juga sumber serat. Sebagai contoh, tumis daun singkong 200 gr (9,44 gr serat) + tumis kacang panjang 100 gr (5,97 gr serat) + pisang raja sereh 100 gr (7,66 gr serat) + singkong goreng 50 gr (6,4 gr serat), jumlah keseluruhan serat adalah 29,47 gr (belum lagi serat dari bahan makanan lain semisal nasi).
Jika makanan tersebut dibagi dalam tiga kali waktu makan (pagi, siang dan malam) serta selingan (singkong goreng dikonsumsi pada pukul 09.00 pagi dan 16.00 sore), hal ini menjadi sangat mungkin bisa dilaksanakan. (dakwatuna)
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2014/11/04/59408/anti-kanker-dalam-daun-singkong/#ixzz3I8rUsVco
Tidak ada komentar: