Yanto Baoli, Pemuda Mori Beragama Nasrani Yang Jatuh Hati Kepada PKS


PKS Sulteng - Berbagi cerita dengan sosok Yanto Baoli. Pria kelahiran Makassar, 39 tahun yang lalu ini adalah anggota legislatif Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk DPRD Kabupaten Morowali Utara yang baru dilantik 23 Desember 2014 lalu. Suami dari Marni dan ayah dari berturut-turut Balqis Dwi Fajar Baoli, Jagad Satria Baoli, juga Candra Wijaya Baoli memiliki kisah yang cukup unik, beliau yang bersuku mori beragama nasrani memilih PKS yang dikenal masyarakat partai berbasis islam sebagai partai politiknya untuk berkarya dan berkontribusi. Berikut ini kutipan wawancara sore kami dengan Bapak Yanto Baoli.

Pak Yanto, apa alasannya akhirnya memilih anggota dewan sebagai profesi?

Ya sebelumnya saya bisa dipanggil Udi, karena nama itu sudah akrab di telinga masyarakat khususnya warga Kolonodale. Sebelum menjadi anggota dewan saya pernah bekerja sebagai PANWAS Kecamatan, berturut-turut sebagai ketua PANWAS kecamatan Petasia sebanyak 4 kali sehingga dari situlah saya mulai ada ketertarikan dan juga pengalaman di dunia perpolitikan. Selain itu saya hobinya membantu masyarakat, dibenak saya agar maksimal membantu masyarakat itu bisa dengan manjadi wakil mereka di dewan. Prinsip saya wakil rakyat itu harus memiliki hati hamba bukan hati tuhan, ketika kita memahami bahwa kita seorang hamba, wakil rakyat-pesuruh rakyat. Saya sebagai wakil rakyat harus selalu siap, saya komitmen mau jam satu malampun atau jam dua malampun kalau ditelepon masyarakat saya pasti bangun dan bantu masyarakat.

Apa istimewanya PKS, kenapa memilih PKS sebagai partai politik?
Beberapa tahun sebelumnya saya sudah tertarik kepada partai yang bernama PKS, ada beberapa kriteria kenapa saya jatuh hati kepada PKS, menurut saya PKS adalah partai yang mandiri, kader-kadernya itu di mana-mana tidak tergantung kepada pemerintah, dan saya melihat dengan mata saya, PKS tidak pernah ada konflik internal seperti partai-partai lainnya, apakah itu dari partai nasionalis ataupun berbasis agama, kalau ada konflik internal sepertinya selalu mudah di atasi. Itulah yang membuat saya senang dan cinta dengan PKS. Karena alasan-alasan itu membuat saya suatu saat berdikusi dan berkomunikasi dengan bapak ustadz Lalo rekan kami di Kolonodale, saya coba dekati dan pak ustadz bilang “kalau mau ke PKS, kenapa tidak”, pada saat itu saya juga ditanya pak ustadz “Pak yanto kan PANWAS kenapa mau berpartai?” kata saya “Saya mau coba masuk berkompetisi ke legislatif lewat PKS”, terus ada lagi yang menarik di PKS itu, selama saya jadi ketua PANWAS, PKS tidak pernah membuat pelanggaran, khususnya yang ada di wilayah saya waktu itu, saya tidak tahu kalau di wilayah lain, berangkat dari itu saya menganggap partai ini sangat bagus.

Ketika memutuskan bergabung dengan PKS apa respon keluarga dan masyarakat?
Walaupun memang ada tantangan-tantangan terutama dari keluarga juga dari kaum hamba-hamba tuhan seperti pendeta yang menanyakan kenapa harus di PKS, ya saya jawab saja bahwa “Membangun bangsa dan negeri ini tidak bisa berdasarkan satu ideologi saja, menurut saya PKS sudah membuka ruang untuk itu, dulu kan namanya PK (Partai keadilan) sekarang Partai Keadilan Sejahtera artinya kita siapa saja bisa masuk ke situ”. Itulah menurut pemahaman saya, puji tuhan saya terpilih di PKS, dan saya merasa bangga karena seperti saya ini anak emas, artinya di PKS saya sangat diperhatikan seperti dibuat lain dari yang lain, saya sangat senang seperti ini.

Sekarang bapak sudah terpilih sebagai Anggota DPRD Kabupaten Morowali Utara, Bagaimana solusi yang bapak berikan untuk menghadapi permasalahan di sana?

Permasalahan di Morowali Utara itu cukup banyak dan kompleks, dengan adanya kami di dalam sebagai perwakilan rakyat kami ingin sekali mengurangi kesenjangan sosial, contohnya pembangunan jalan dan penerangan melalui lampu jalan harus merata tidak hanya di kota tapi juga di wilayah yang menjadi kantong-kantong produksi yaitu di desa-desa. Juga program-program lainnya yang bersentuhan langsung dengan masyarakat akan kami usulkan ke dinas terkait. Selain itu, masalah umat juga menjadi perhatian kami, tidak boleh sampai terjadi gesekan, setidaknya dengan adanya saya di dalam , jika ada masalah konflik agama saya bisa turun untuk membantu pemerintah, apalagi saya wakil rakyat akan bisa ikut menyelesaikan konflik-konflik kalau ada. Puji tuhan sampai sekarang belum ada konflik horizontal di kalangan masyarakat atau konflik umat di daerah kami.

Terkait masalah konflik umat beragama, bagaimana menurut bapak perkembangan toleransi umat beragama di Indonesia?

Untuk daerah saya sendiri di Morowali Utara toleransinya bagus sekali, dengan kemajemukan umat di sana tidak ada gesekan dan akur. Orang beribadah masing-masing saling menghargai, bahkan jika ada kegiatan saling membantu, misalnya di desa Korlaki yang mayoritas muslim ada gereja di situ terus ada perlombaan masyarakat muslim juga dilibatkan dan suasananya sangat harmonis, dan saya melihat bahwa secara nasional tidak ada juga gesekan-gesekan berarti yang timbul, adapun ada beberapa kasus yang ditimbulkan oleh kelompok kelompok radikal yang dilarang pemerintah, menurut saya itu adalah musuh kita bersama.

Apa harapan bapak kedepan, khususnya untuk Kabupaten Morowali Utara yang bapak wakili?

Harapan saya sebagai putra daerah berharap kabupaten Morowali Utara bisa lebih baik dan bahkan melampaui induk pemekarannya kabupaten Morowali. Dengan adanya potensi PAD besar dari pajak perusahaan-perusahaan asing yang masuk berinvestasi di morowali Utara bisa menunjang pembangunan. Paling tidak Morowali Utara harus bisa setara dengan kabupaten-kabupaten disekitarnya yang sudah lebih dulu ada.

Terakhir, apa pesan-pesan yang ingin bapak sampaikan kepada para generasi penerus yang juga bercita-cita untuk memajukan daerahnya?

Untuk pesan saya sampaikan, siapa saja bisa membangun daerahnya kalau punya motivasi tinggi. Baik itu yang mau terlibat di partai politik ataupun di luar partai. Marilah kita semua melihat daerah kita masing-masing, seperti kami ini di Morowali utara saya mengajak dan menghimbau seluruh putra daerah itu bisa menjadi contoh dan teladan untuk generasi kita berikutnya bersama-sama membangun daerah yang kita cintai, itu mungkin pesan-pesan kami.

Demikian petikan cerita pertemuan kami dengan Yanto Baoli, seorang pemuda suku mori beragama nasrani yang jatuh hati kepada PKS. (maman)

Sumber: pks-sulteng.org

Related News

Tidak ada komentar:

Leave a Reply