Oleh: Muh. Rois Almaududy
dakwatuna.com - Malam itu saya merasa badan saya sedang tidak sehat. Meriang. Demam. Lalu, saya berusaha untuk segera mengistirahatkan badan dan terlelap. Tapi, saat itu terasa susah sekali untuk tidur.
Tidak ada rasa ngantuk. Tidak ada keinginan untuk tidur sejenak pun. Akhirnya saya memutuskan untuk browsing dulu agar mengantuk. Saya buka YouTube dan saya search video tentang tokoh-tokoh yang saya kagumi; Muhammad Quthb, Sayid Quthb, Abul A’la Almaududy, Syaikh Muhammad Al-Ghazali, Imam Syahid Hassan Albanna, dan Syaikh Yusuf Qaradhawi.
Tidak ada rasa ngantuk. Tidak ada keinginan untuk tidur sejenak pun. Akhirnya saya memutuskan untuk browsing dulu agar mengantuk. Saya buka YouTube dan saya search video tentang tokoh-tokoh yang saya kagumi; Muhammad Quthb, Sayid Quthb, Abul A’la Almaududy, Syaikh Muhammad Al-Ghazali, Imam Syahid Hassan Albanna, dan Syaikh Yusuf Qaradhawi.
Saya dapati ada banyak video, tapi rata-rata berbahasa Arab dan subtitle-nya berbahasa Inggris. Sebenarnya saya bukanlah orang yang mahir berbahasa Arab dan bahasa Inggris. Kemampuan saya memahami keduanya masih bisa dibilang pas-pasan. Hanya saja, kali itu, ketika menemukan sebuah video berjudul “We don’t work”, yang isinya berupa sepotong ceramah Syaikh Yusuf Qaradhawi, saya tertarik untuk menyimaknya.
Woww… ketika menyimak sepotong ceramah Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi ini, saya merasakan tamparan-tamparan keras. Beliau berkata kira-kira begini, “Kita mengendarai pesawat dan kereta api, tapi itu bukan kita yang membuatnya. Kita memiliki mobil-mobil mewah di rumah-rumah kita, tapi itu pun bukan kita yang membuatnya. Ya, kita memang sanggup membelinya, tapi kenapa kita tidak bisa membuatnya? Apa yang membuat kita berbeda dengan mereka yang sanggup membuat itu semua?”
Beliau terus menghadirkan banyak renungan-renungan tentang capaian-capaian bangsa-bangsa Islam yang masih tertinggal dibanding negara maju yang notabene bukan negera Islam. Lalu, di bagian-bagian akhir video singkat ini, beliau menyatakan, “Nahnu laa na’mal! Wa idza ‘amilnaa, laa nuhsin!” Artinya, “Itu karena kita tidak bekerja! Dan, kalaupun kita bekerja, kita tidak melakukannya dengan profesional (ihsan).”
Padahal, seperti yang juga beliau ingatkan, Rasulullah saw telah bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menetapkan ihsan dalam segala sesuatu!”
Usai mendengarkan video ini sekali, saya mengulanginya sampai 3 kali. Saya berusaha untuk memahaminya dengan sebetul-betulnya pemahaman. Lalu, saya berpikir tentang diri saya; seorang pemuda dan seorang muslim. Bagi saya, apa yang disampaikan oleh Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi ini bukan sekedar renungan saja, tapi juga tamparan untuk menyadarkan dan sekaligus pemantik semangat untuk berbuat. Ya, saya yakin tugas besar untuk memajukan umat ini ada pada para pemuda. Karena pemuda hari ini, pemimpin di waktu yang akan datang.
Saudara-saudaraku sekalian, saya yang malam itu sedang tidak sehat, langsung lupa kalau badan saya sedang tidak sehat. Hanya karena beberapa menit saja menyimak penggalan ceramah mengagumkan ini. Saya berpikir dan terus berpikir, hingga hampir pukul 02.00 dini hari. Ah…, saya rasa kita memang harus menyadari tanggung jawab kita sebagai pemuda. Kita harus berubah. Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya untuk disiplin, profesional dalam bekerja, dan Islam juga mengajarkan untuk bekerja keras. Sebenarnya, tidaklah patut kaum Muslimin tertinggal.
Mari bergandengan tangan, sama-sama kita jejaki derap langkah menuju perubahan. Semoga bangsa-bangsa Muslimin di dunia segera menjadi bangsa yang maju dalam hal pengetahuan dan teknologi. Agar tercipta peradaban yang indah. Sebab seindah-indah peradaban adalah peradaban yang dibangun dengan cahaya Islam. Amiin.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2014/12/01/60929/syaikh-yusuf-qaradhawi-menampar-nampar-saya-semalaman/#ixzz3KiXYRihx
Tidak ada komentar: